DIA

Aku mengenalnya 6 tahun silam lewat sebuah acara sosial dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI. Kita bertemu saat pertama kali rapat kepengurusan acara ini. Awalnya ku menganggap kedekatan kita hanya sebatas rekan kerja dan teman saja, namun aku melihat ada yang berbeda saat matanya menatapku penuh rasa. Caranya berbicara denganku sangat berbeda dengan ke yang lainnya, dan kita pun terlarut dalam kedekatan yang tak pernah diduga. Dari kedekatan inilah muncul rasa yang aku sendiri pun tak bisa ungkapkan dengan pasti.

Setelah bertahun kita bersama, aku merasa nyaman ketika dengan dia. Dia mampu membuat hariku penuh warna dengan status kita yang tak jelas hubungannya. Memang beberapa kali dia sempat mengatakan isi hatinya, namun aku tak mampu memberi jawaban pasti atas segala tanya yang dia beri. Bukan ku tak mau memberikan jawaban itu tapi hati ini yang tak ingin menyakiti. Iya...mungkin ini cinta tapi cinta yang BEDA, sulit untuk menyatukannya karena akan banyak hati yang terluka terutama orang tuaku.

Dari dulu, orang tuaku tak pernah menyetujui hubungan beda agama terlebih aku adalah anak perempuan satu-satunya. Berbeda dengan kakak dan adikku yang diberikan kebebasan penuh dalam mencari pasangan. Aku mengerti akan posisiku dan mencoba mematuhi aturan yang ada, namun kini aku terjebak pada cinta yang seharusnya tak pernah ada. Cinta yang selama ini kupendam dan berusaha untuk tidak mengakuinya selama bertahun-tahun sehingga membuat duka bagi pemiliknya.

Terlalu lama menunggu membuat dia akhirnya memutuskan menerima tawaran orang tuanya untuk di taarufkan dengan seorang wanita dari cirebon. Keputusan ini memang membuat kita sakit tapi apa daya yang aku bisa lakukan untuk menghentikan semuanya, karena meskipun nanti aku bisa membatalkannya namun tetap aku tak bisa memberikan kepastian apapun tentang hubungan kita. aku memilih senyum orang tuaku dibanding kebahagiaanku sendiri, aku merelakannya menikah dengan pilihan orang tuanya meski aku tau wanita yang sampai detik ini dia cintai adalah AKU.

Bahkan disaat-saat terakhir sebelum dia menikah pun dia mengungkapkan bahwa tak mungkin dia bisa secepat itu melupakanku. Dia berandai jika aku sekali saja memberikan kesempatan kepadanya untuk membuktikan apa yang dia rasakan selama ini, namun kesempatan itu tak kunjung ku berikan hingga saat pernikahan semakin dekat. Yang bisa ku berikan adalah senyum dan air mata yang terselubung dibalik mataku untuk kebahagiaannya. Sampai saat ini dia tak pernah tau bahwa aku pernah MENYAYANGINYA.

Comments

Popular posts from this blog

Cinta (penipuan) Berkedok Pelayaran

Leboy..

Pura Kawitan "Arya Pengalasan" Lampung