Touring to Curug Cibereum, Gunung Gede Pangrango

Kembali kami mengadakan perjalanan menuju Puncak (Sabtu/09/08/2014), tapi kali ini kami memutuskan untuk ke puncak pass, tepatnya di Cibodas. Tujuannya hanya satu yaitu Curug Cibereum. Perjalanan di mulai dari Bekasi-Psr. Rebo-Cijantung-Cimanggis-Cibinong-Bogor-Ciawi-Puncak. Kami mulai start dari jam 4 sore karena beberapa saudara saya ada yang bekerja pada hari sabtu. Setelah dirasa cukup semua persiapan mulai dari fisik, kondisi kendaraan masing2, pakaian ganti hingga perbekalan, kami pun memutuskan untuk segera berangkat. Hari sabtu itu menjadi hari terpanjang dan melelahkan untuk kami, bagaimana tidak untuk mencapai puncak diperlukan waktu hingga 5 jam dikarenakan beberapa titik mengalami kemacetan. Mulai dari Cimanggis, kemudian bogor sampe gadog, dilanjutkan ciawi sampe puncak atas. Kami pikir, musim liburan tlah usai, tapi ternyata dugaan kami meleset parahh.

Setibanya di Rindu Alam, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan makan malam. Kami memesan sate kelinci, soto mie dan beberapa indomie rebus untuk menghangatkan badan. Jujurr....saya baru pertama kali makan sate kelinci dan ternyata rasanya tak jauh beda dengan sate ayam cuma sedikit lebih alot. Setelah kenyang dan beristirahat, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi. Sesampainya di Cibodas, kami mencari rumah untuk beristirahat. Akhirnya kami mendapatkan rumah minimalis yang sangat nyaman dengan harga terjangkau. Dengan hanya membayar sebesar Rp. 450.000, kami bisa menikmati tempat tinggal dengan dua kamar. Kamar pertama dengan dua kasur kecil atas bawah, sedangkan kamar kedua dengan kasur yang ukurannya king size. Lalu ruang tv juga disediakan kasur dan bantal, kamar mandi bersih, dapur lengkap dengan perabotannya. Satu lagi, ada view di teras yang langsung menghadap ke arah Gunung Gede Pangrango.

Waktu menunjukkan pukul 21.30, kami pun segera beristirahat dan melepas lelah karena waktu tempuh sangat panjang. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kami sudah bergegas untuk menuju Curug Cibereum. Dengan membayar Rp.20.000 untuk 3 motor beserta penumpangnya, kami masuk di gerbang depan ke Cibodas. Setelah memarkirkan kendaraan, kami langsung bersiap menuju Curug Cibereum. Treknya agak berat, karena harus melewati anak tangga yang sangat banyak dan cukup menanjak tajam. Jujuurr....fisik saya agak kelelahan, tapi demi air terjun yang katanya indah itu, saya tetap semangat. Beberapa kali, kami sempet beristirahat sejenak untuk mengembalikan kekuatan fisik kami dan yang utama adalah mengatur nafas kami. Kami pun bertemu rombongan pendaki dan tak ayal saling menyapa satu sama lain meskipun tak kenal.

Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan hampir 2jam, kami tiba di Curug Cibereum. Memang tak rugi bisa sampai kesini dengan usaha yang sangat keras. Air terjun ini sungguh indah dan diselimuti dengan pemandangan yang luar biasa. Sebelum kami bermain air dibawah kucuran Curug Cibereum, kami pun menyantap bekal terlebih dahulu. Setelah kenyang, langsung tanpa membuang waktu kami pun menenggelamkan diri didalam air tersebut. Diiingiinn..brrr....itulah yang bisa saya ungkapkan saat itu. Setelah puas bermain air dan mengabadikan foto2, kami langsung bergegas kembali turun karena cuasa seolah mendung. Kami pun menuruni anak tangga dengan sisa-sisa kekuatan yang ada. Setelah sampai di bawah, kami langsung menuju rumah untuk menyelonjorkan kaki yang sudah mulai berasa kesakitan dan pegal-pegal.

Tepat pukul 15.00 WIB, kami memutuskan untuk kembali ke Bekasi. Kami pun berpamitan dengan si pemilik rumah. Kami tak menyangka jika perjalanan pulang pun ternyata macetnya lebih luar biasa, kami melihat beberapa penumpang keluar dari mobilnya karena tak ada pergerakan sedikitpun dijalanan tersebut. Ada juga orang yang duduk-duduk dirumput sambil mengajak anaknya bermain. Situasi ini memang kerap terjadi jika puncak dilanda kemacetan yang sangat luar biasa. Bukan mobil saja yang kena dampaknya, tapi motor juga. Jalanan seolah menjadi lautan motor dan mobil yang berbaris tak beraturan. Polisi setempat pun tak mampu berbuat banyak untuk mengurangi kemacetan ini. Sistem buka tutup seolah juga tak efektif digunakan disini.

Untuk menghindari kemacetan yang lebih parah, kami mengambil jalan lain untuk pulang. Rutenya adalah Bukit Pelangi-Sentul-Citereup-Cileungsi-Bekasi. RUte ini dianggap lebih efektif untuk mengurangi kemacetan, karena jalanannya yang masih sepi dan melewati perumahan juga. Tapi jika memilih jalan ini, harus lebih berhati-hati karena medannya yang rusak mulai dari sentul hingga cileungsi. Perjalanan pun berakhir dengan waktu tempuh yang sama yaitu 5 jam. Saking kelelahannya, sampai dirumah kami langsung tepar di kamar masing2 tapi sebelumnya kami sempat memanggil om yang bisa memijat untuk mengurut kaki kami dulu.

Comments

Popular posts from this blog

Cinta (penipuan) Berkedok Pelayaran

Leboy..

Pura Kawitan "Arya Pengalasan" Lampung