Nasionalisme yang memudar karena beda kewarganegaraan

Gue cuma mau berpendapat tentang topik yang sedang hangat2nya minggu ini. Berawal dari vonis mati untuk para pengedar narkoba yang segera akan menjalani masa eksekusinya. Sebut saja duo bali nine, Mary Jane, Sergio dan yang lainnya yang saya sendiri kurang hafal, tapi klo gak salah ada sekitar 10 orang yang akan di hukum (tembak mati) di Lapas Nusa Kambangan sana. Rencananya, eksekusi akan dilakukan pada Rabu (29/04/15) dini hari.

Berikut surat lengkap Anggun sebagaimana dikutip detikcom, Senin (27/4/2015):

Surat terbuka untuk Bapak Presiden Joko Widodo
Yang terhormat Bapak Presiden Joko Widodo,

Seperti yang mungkin bapak ketahui, sudah bertahun-tahun saya bermukim di Perancis. Sebagai orang Jawa dan orang Indonesia saya sangat bangga dengan budaya yang mengalir di darah saya dan saya merasa sangat beruntung bisa tinggal di negara yang sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, sebagai wanita dan juga artis, ini adalah sumber inspirasi yang sangat berharga.

Tentu saja saya sangat mengerti dampak negatif dari narkoba terutama di Indonesia dan saya sangat setuju juga selalu mendukung pemberantasan Narkoba di dunia. Tetapi saya juga yakin bahwa hukuman mati bukan satu solusi untuk menurunkan tingkat kriminalitas atau untuk menjaga kita dari semua kejahatan. Hukuman mati menurut saya adalah kegagalan sisi kemanusiaan juga hilangnya nilai nilai hukum keadilan. Hukuman mati bukanlah keadilan, apapun penyebabnya. Saya amat dan sangat yakin untuk ini.

Hukum yang diberikan terhadap Bapak Serge Atlaoui membangunkan emosi yang sangat dalam di Eropa, terutama di Perancis. Saya termasuk orang yang merasakan ini karena banyaknya sisi-sisi keruh yang akhirnya terlihat lebih jelas di dalam kasus pengadilan Bapak Serge Atlaoui, keraguan yang membuat keputusan hukuman mati menjadi tidak dimengerti karena banyaknya ketidaktentuan dalam kasus beliau. Selain itu saya pribadi yakin bahwa Bapak Serge Atlaoui tulus dan jujur.

Saya berada di Jakarta pada saat Bapak dipilih menjadi Presiden. Hati saya bahagia, berdebar keras dan merasa sangat bangga atas pilihan rakyat Indonesia. Pemilu Anda dilihat dan dipantau oleh dunia sebagai titik balik untuk Indonesia menjadi negara yang besar dan penuh kebajikan.

Di Eropa, Indonesia sekarang terkait oleh image negara yang membunuh. Hati saya berdebar lagi tapi kali ini karena kepedihan, saya tidak ingin wajah Indonesia tergores seperti ini dan dihakimi oleh dunia sedangkan Indonesia yang saya tahu dan impikan adalah negara yang toleran dan berikhwan.

Sekali lagi saya tidak mempertanyakan kedaulatan perhukuman di Indonesia untuk melawan Narkoba tetapi saya tidak bisa melihat seseorang yang mengaku tidak bersalah, akan dihukum mati, dan melihat kesedihan istri dan keluarganya.

Bapak Presiden, Anda mempunyai kekuasaan untuk membuat dunia kita ini lebih baik, dengan dikurangi kekerasan, tanpa tumpahnya darah, tanpa kebrutalan, seperti yang tertulis di Pancasila : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Sebagai putri Jawa, dengan hormat saya memanggil jiwa kemanusiaan Bapak yang selama ini menjadi karakteristik dan menggambarkan jalan hidup Bapak, saya memohon agar Bapak bisa memberi Grasi untuk Bapak Serge Atlaoui. Matur sewu sembah nuwun paringanipun kawigatosan mugi mugi Gusti Allah maringi rahmad berkah kesehatan kagem Bapak sekeluargo. Amin matur sembah nuwun. 


Berikut isi lengkap surat terbuka yang ditulis Ayu Utami untuk Anggun C. Sasmi:
Kepada Yth. Anggun C. Sasmi,


Artis International yang mengaku berdarah Indonesia

Hai Mbak Anggun.. Perkenalkan nama saya Ayu Utami seorang pekerja biasa yg sejak lahir hingga detik ini keturunan, lahir & besar di Indonesia.

Setelah saya baca surat terbuka anda untuk Presiden Jokowi, saya jadi terpikir untuk bertukar pendapat dengan Mbak Anggun.

Diawal surat terbuka Mbak Anggun sepertinya dengan bangga menyebutkan bahwa anda sudah bertahun-tahun tinggal di Perancis.

Ketika saya dan mungkin ribuan orang membaca itu rasanya agak “aneh” ya seseorang yg mengaku sebagai orang jawa & orang Indonesia tetapi dengan lantang & bangga anda memamerkan bahwa sudah bertahun-tahun anda tinggal di negara tersebut dan anda juga menganggap bahwa seorang Presiden Jokowi pasti tau siapa Anggun dan tau jejak hidup seorang artis Anggun C. Sasmi.

Kemudian kita masuk ke persoalan Narkoba.

Ketika anda mengatakan bahwa anda mengerti dampak negatif dari Narkoba terutama di Indonesia kemudian anda setuju untuk memberantas Narkoba di dunia, tapi kenapa anda tidak yakin bahwa dengan hukuman mati kita justru bisa memberantas Narkoba dari akarnya?

Akar dari Narkoba adalah pengedarnya.

Jika kita tidak memberantas pengedarnya maka bagaimana kita mau benar2 memberantas narkoba di dunia?

Okelah kalau menurut anda lebih baik dihukum seumur hidup dipenjara, tapi apa anda yakin dengan hanya dihukum seumur hidup dipenjara, peredaran Narkoba dapat dihentikan?

Anda tentunya pernah baca atau melihat berita kan?

Itupun kalau anda sebagai seorang artis sempat mendengarkan/membaca berita atau tayangan tentang peredaran Narkoba di Indonesia di stasiun TV Perancis.

Apa anda tau bagaimana peredaran Narkoba di Indonesia?

Sungguh MIRIS. Bahkan didalam penjara pun itu tetap bisa dilakukan.

Apa dengan begitu anda tetap tidak setuju dengan hukuman mati?

Saya tidak mau cerita banyak, coba Mbak Anggun lihat tayangan/video ini dan dengarkan dengan seksama dari awal hingga akhir :

Masih tetap pada keyakinan untuk menolak hukuman mati?

Baiklah kalau Mbak Anggun masih tetap pada prinsipnya untuk menolak hukuman mati hanya karna hati anda berdebar bahwa di Eropa saat ini sedang tersulut emosi dan mereka beranggapan bahwa Indonesia adl negara pembunuh.

Tapi apakah pernah sedikit saja terlintas dibenak anda bahwa negara Indonesia saat ini sedang berjuang & bersusah payah untuk memberantas Narkoba sebagai zat yang paling MEMATIKAN di dunia?

Kenapa anda hanya fokus terhadap Bapak Serge Atlaoui saja?

Apa anda tidak memikirkan nasib jutaan generasi pemuda/i di Indonesia khususnya yang akan datang jika ada yang tersentuh Narkoba?

Bukankah itu namanya juga pembunuhan secara massal?

Mungkin memang tidak langsung terbunuh, tapi efeknya akan berdampak besar pada hidupnya, keluarganya & bangsanya.

Pernahkah anda pikirkan itu?

Oke kalau yang anda pikirkan adalah nasib keluarga, anak dan istri dari Bapak Serge Atlaoui.

Tapi pernahkan anda juga memikirkan bagaimana nasib dari keluarga pecandu Narkoba?

Coba bayangkan mbak. BAYANGKAN..!!!

Tidak hanya 1 keluarga tapi jutaan keluarga akan merasa tersayat hatinya jika tau bahwa ada keluarganya yang terjerat narkoba. Miris bukan??

Sekali lagi saya tidak mempertanyakan seberapa cinta dan bangga anda terhadap Indonesia untuk mendukung pemberantasan narkoba di Indonesia tetapi saya dan mungkin ribuan orang di Indonesia tidak bisa melihat generasi penerus bangsa ini HANCUR karena Narkoba.

Mbak Anggun anda punya jutaan mimpi untuk membuat dunia kita ini lebih baik, dengan menghargai hukum yang berlaku di Indonesia tanpa berpihak pada satu negara & tanpa berpihak pada satu orang, seperti yang tertulis di Pancasila : Keadilan sosial bagi SELURUH RAKYAT INDONESIA.

Sebagai putri Jawa yang dilahirkan & dibesarkan oleh keturunan Jawa yang hingga detik ini tinggal di Indonesia, dengan hormat saya memanggil jiwa keprihatinan Mbak Anggun untuk dapat membantu Indonesia BEBAS NARKOBA.

Matur sewu sembah nuwun paringanipun kawigatosan mugi mugi Gusti Allah membuka ati panjenengan nggih Mbak Anggun. Aamiin

- Seorang Anak Bangsa –

Berikut surat terbuka untuk Anggun dari Ephie Craze (mantan istri pecandu narkoba), yang dikutip Metrotvnews.com.

Surat terbuka untuk mbak Anggun C Sasmi (penulis surat untuk kebebasan gembong narkoba Prancis).


Saya hanyalah ibu rumah tangga biasa, mbak. Yang hanya menyimak berita di layar kaca dan layar hp saya. Sampai pada hari ini, anak saya mengomentari keikutsertaan mbak mendemo pemerintah Indonesia yang memutuskan hukuman mati warga negara Prancis yang menjadi pengedar narkoba di Indonesia. Anak saya berkata, "Orang salah kok dibela?", ini yang membuat saya pilu.

Oleh sebab itu, saya menulis surat terbuka ini untuk mbak renungkan. Apakah mbak tahu apa saja akibat buruk narkoba? Saya rasa sebagai wanita cerdas yang sudah melanglang buana pasti mbak tahu akan hal itu. Tapi apakah mbak tahu akibatnya bagi orang-orang terdekat yang mencintai orang-orang yang terlibat dengan narkoba? Saya rasa mbak tak memahami hal itu.

Saya adalah mantan istri dari seorang pecandu narkoba. Saya seorang ibu dari dua anak. Apakah mbak tahu rasanya saat menangis memohon kepada suami mbak untuk berhenti mengonsumsi narkoba? Saya ketakutan mbak! Anak saya masih kecil waktu itu, 5,5 tahun dan bayi 4 bulan.

Apakah mbak tahu rasanya saat saya dicemooh orang saat suami yang seorang aparat negara dijebloskan ke sel tahanan karena kasus narkoba dan kehilangan pekerjaan selama 15 tahun dijalaninya? Saya rasa mbak tidak tahu.

Apakah mbak tahu rasanya setiap hari besuk ke penjara atau menghadiri persidangan yang menguras emosi dengan menggandeng balita dan menggendong bayi di tengah tatapan iba, dan bahkan mengejek orang-orang sekitar? Saya rasa mbak tidak tahu itu.

Apakah mbak pernah menghitung berapa biaya yang saya habiskan setiap hari untuk membeli 4 pak rokok untuk para petugas dan napi jaga saat saya membesuk suami? Apa mbak bisa menghitung berapa biaya mengirim makanan dan uang transportasi ke penjara setiap hari bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah seperti kami?

Apa mbak tahu sedihnya saya saat bayi saya terkena tifus di rumah sakit, sementara suami saya di penjara? Apa mbak tahu berapa biaya rumah sakit yang saya keluarkan setiap kali suami OD (over dosis)? Apa mbak tahu rasanya dijauhi sanak famili karena saya mempertahankan suami saya?

Apa mbak tahu perasaan anak-anak saya saat mereka melihat suami menghajar saya di depan mereka? Apa mbak tahu rasanya saat suami memandang istrinya bagai musuh dan selalu mengancam membunuh?

Apa mbak tahu rasanya kehilangan rumah, kendaraan, properti yang saya tabung dari kerja keras, bahkan sejak sebelum saya menikah? Apakah mbak tahu rasanya saat suami berpesta pora narkoba sana sini tanpa peduli tak ada makanan untuk anak istrinya di rumah?

Apakah mbak tahu rasanya dicurigai dan dituduh setiap hari oleh suami yang paranoid? Apakah mbak tahu rasanya diselingkuhi berkali-kali hanya karena mengejar kepuasan memakai narkoba?

Apa mbak tahu rasanya saat anak menggigil ketakutan dalam pelukan saya? Apa mbak tahu rasanya mendengar anak saya bercerita dengan detail bagaimana suami saya menyiapkan peralatan untuk memakai narkoba?

Itu mimpi buruk di kehidupan saya, mbak! Itu hanya contoh- contoh kecil, mbak. Itu bukan skenario sinetron di layar kaca. Bukan juga cuma satu atau dua hari saja. Tapi saya mencoba bersabar dalam tujuh tahun!

Bahkan dengan keadaan seperti itu saya masih bersyukur karena masih bisa mempertahankan kewarasan saya dan melindungi anak-anak saya. Saya masih bersyukur karena bisa menutup mata, menulikan telinga, dan membungkam mulut demi anak-anak saya. Saya bersyukur masih bisa mengusap air mata dan mulai bekerja lagi. Butuh bertahun-tahun bagi saya untuk merehabilitasi mental dan moral saya dan anak-anak saya.

Janganlah mbak berpikir saya adalah orang yang kolot dan tak tahu perkembangan dunia. Saya tahu itu. Di Bali sudah terlalu sering saya melihat klien-klien saya berpesta apapun, di sebuah pulau di Indonesia dan di Amsterdam saya melihat muda- mudi menghisap ganja di tempat umum. Saya tahu itu.

Tapi hal itu bukan menjadi hal yang membuat saya akan menerima dan memakluminya. Saya muak melihat Freddy si gembong narkoba berbicara dengan santainya dan menjelaskan bahwa dia masih menjalankan bisnis narkoba dari balik tembok penjara. Saya muak mendengar bahwa para sipir terlibat dalam hal ini.

Dan terlebih lagi, saya muak membaca surat mbak kepada Presiden Indonesia untuk menentang hukuman mati kepada warga negara Prancis itu, Serge Atlaoui, dan bahkan mbak menyebut dia tulus dan jujur. Apa maksud mbak sebenarnya?

Dan sekarang, saya lebih muak lagi melihat mbak berdemo bersama mereka. Bahkan menyebut kami kuno. Tapi bagi saya, modernisasi bukanlah seperti yang mbak pikir. Mbak memang hebat, punya prestasi luar biasa sebagai artis internasional.

Dulu, saya sangat bangga memandang mbak di layar televisi, seorang wanita dari Indonesia yang bisa ke luar negeri, bisa berbahasa Inggris dan Prancis dengan fasih, dan menghasilkan album lagu dengan suara merdu mbak.

Saat mbak memutuskan menjadi warga negara Prancis, saya mencoba mengerti. Tapi yang saya tidak mengerti, untuk apa mbak menyurati presiden kami dengan sepenggal bahasa jawa dengan permintaan seperti itu?

Sekali saja pemerintah kami membatalkan hukuman mati itu, tak akan ada lagi negara lain yang menghormati hukum di negara kami. Jangan masuk dengan narkoba ke negara kami kalau masih takut mati.

Sudahlah mbak, mbak sudah warga negara asing sekarang, sudah kehilangan nasionalisme dengan menentang UU negara kami. Silakan mbak berkoar-koar di negara mbak. Biarkan kami melindungi negara kami. Melindungi anak cucu kami. Mungkin saat mbak mempunyai anak nanti, barulah mbak bisa menyadari ketakutan kami.

Bagi saya, hukuman mati untuk dia akan menyelamatkan hidup banyak orang. Salam dari Indonesia, yang dulunya negara mbak.

Matur sewu sembah nuwun. 


Surat terbuka penyanyi Anggun C Sasmi untuk rakyat Indonesia. 
To the People of Indonesia.

Belakangan ini ada kontroversi tentang opini saya mengenai hukuman mati yang kebanyakan datang dari hujatan netizen di social network dan ini penjelasan saya.

Saya adalah seorang ibu, darah saya 100% Indonesia. Seorang ibu yang mencintai anaknya seperti layaknya semua ibu di Indonesia.

Dan tentunya saya menolak, berperang dan membenci Narkoba juga semua pihak yang membantu membuat atau menjualnya. Narkoba adalah musuh manusia yang menghancurkan hidup dan memecahkan keluarga.

Narkoba memperkayai mafia juga orang yang gemar korupsi dibelakang kepedihan orang-orang kecil.

Tentu saja saya berdiri di sisi korban dan di sisi semua orang yang membenci Narkoba.

Mereka yang membuat dan menjual racun Narkoba harus di adili dan harus diberi hukuman yang seberat-beratnya di penjara.

Saya juga seorang pembela Hak Asasi Manusia. Saya bekerja sama dengan PBB sebagai Goodwill Ambassador dan dalam Universal Deklarasi Hak Asasi Manusia tertulis larangan membunuh manusia.

Saya sangat percaya bahwa kita tidak bisa membasmi kriminalitas dengan membunuh orang-orang yang terlibat dalam kejahatan.

Nyawa yang dibalas nyawa tidak akan mengembalikan hidup korban. Kematian bukanlah keadilan. Untuk saya, hanya Allah semata yang mempunyai hak atas hidup dan mati manusia.

Saya ingin hukuman yang setimpal dan seberat-beratnya kepada para kriminal. Saya membenci koruptor yang membantu bandar Narkoba menjalankan bisnis penjualan bahkan lewat penjara.

Saya ingin adanya proyek bantuan kepada keluarga dari korban Narkoba, seperti Ibu Ephie Craze yang surat terbukanya amat dan sangat menyentuh saya.

Saya berada di posisi yang sama seperti semua ibu dan istri yang akan selalu berada disisi korban Narkoba.

Tetapi saya juga menolak hukuman mati karena tidak manusiawi dan tidak berhasil membasmikan kejahatan.

Berpendapat seperti ini bukan berarti menyangkal darah yang mengalir di nadi saya atau mempertanyakan kedaulatan Indonesia yang saya hormat dan cintai. Ini hati saya yang berbicara.

Semoga Allah memberkati.

Comments

Popular posts from this blog

Cinta (penipuan) Berkedok Pelayaran

Leboy..

Pura Kawitan "Arya Pengalasan" Lampung