Bagaimana mengenali Pedofilia...?
Menurut pakar seksolog dr. Oka Negara, pedofilia berasal dari kata “pedo” yang artinya anak dan “filia” yang berarti cinta atau rasa sayang. Jika ditelusuri, makna pedofilia berarti ketertarikan orang dewasa atau yang dianggap sudah cukup umur untuk beraktivitas seksual dengan anak-anak usia di bawah 12 tahun. Jadi, bukan sekadar sayang, melainkan ada motif seksual di baliknya.
Motif tersebut, kata dia, bisa berasal dari krisis identitas yang dipicu oleh lingkungan, peristiwa psikologis yang dialami, atau cara seseorang memandang dirinya sendiri. "Jika pembentukan identitas dilalui dengan masa lalu yang traumatik atau lingkungan mendorongnya lebih memilih melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak, itulah menjadi penyebabnya," ujar dokter Oka.
Cara mengenalinya.....
Motif tersebut, kata dia, bisa berasal dari krisis identitas yang dipicu oleh lingkungan, peristiwa psikologis yang dialami, atau cara seseorang memandang dirinya sendiri. "Jika pembentukan identitas dilalui dengan masa lalu yang traumatik atau lingkungan mendorongnya lebih memilih melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak, itulah menjadi penyebabnya," ujar dokter Oka.
Cara mengenalinya.....
Biasanya, Oka melanjutkan, ia mengalami kesulitan bergaul dengan lepas, termasuk dalam konteks candaan seksual secara verbal dengan teman sebaya. Orang tersebut, cenderung menghindari pembicaraan seksual dengan sebaya. "Atau malah menarik diri dari lingkungan pergaulan sebaya," ujarnya.
Tak hanya itu, menurut dia, biasanya seorang pedofil terlihat lebih apatis dan lebih senang mengikuti acara atau sesi dengan anak-anak. Jika ditelusuri arsip personalnya, kadang bisa dijumpai dokumentasi berupa file foto atau tulisan tentang anak-anak. Utamanya, berkaitan dengan pornografi anak.
"Beberapa realitas itu bisa dijadikan dugaan adanya kemungkinan pedofilia," paparnya.
Pedofilia yang banyak mengemuka di media dan publik, Oka mengungkapkan, merupakan pedofilia yang sudah melakukan aksi. Dalam kenyataan lain, banyak juga pedofilia yang tanpa aksi dan cenderung hanya berfantasi atau melakukan aktivitas seksual sendiri, misalnya masturbasi,
Untuk mengembalikan orientasi seksual agar kembali menyukai orang dewasa sebaya, sambung dia, bukan hal mudah. Perlu adanya pendekatan khusus untuk menelusuri masa lalu dan trauma psikis penderita pedofilia. Dalam posisi ini, peran psikolog atau psikiater merupakan kunci utama.
"Walau kemungkinan cukup berat untuk dinormalkan berdasarkan persepsi umum, paling tidak target terapi adalah agar yang bersangkutan tidak melakukan aksi atau agresi seksual ke anak-anak," tukasnya.
Tak hanya itu, menurut dia, biasanya seorang pedofil terlihat lebih apatis dan lebih senang mengikuti acara atau sesi dengan anak-anak. Jika ditelusuri arsip personalnya, kadang bisa dijumpai dokumentasi berupa file foto atau tulisan tentang anak-anak. Utamanya, berkaitan dengan pornografi anak.
"Beberapa realitas itu bisa dijadikan dugaan adanya kemungkinan pedofilia," paparnya.
Pedofilia yang banyak mengemuka di media dan publik, Oka mengungkapkan, merupakan pedofilia yang sudah melakukan aksi. Dalam kenyataan lain, banyak juga pedofilia yang tanpa aksi dan cenderung hanya berfantasi atau melakukan aktivitas seksual sendiri, misalnya masturbasi,
Untuk mengembalikan orientasi seksual agar kembali menyukai orang dewasa sebaya, sambung dia, bukan hal mudah. Perlu adanya pendekatan khusus untuk menelusuri masa lalu dan trauma psikis penderita pedofilia. Dalam posisi ini, peran psikolog atau psikiater merupakan kunci utama.
"Walau kemungkinan cukup berat untuk dinormalkan berdasarkan persepsi umum, paling tidak target terapi adalah agar yang bersangkutan tidak melakukan aksi atau agresi seksual ke anak-anak," tukasnya.
Sumber: https://id.she.yahoo.com/apakah-anda-pedofil-054659677.html
Comments
Post a Comment